Minggu, 09 Januari 2011

IDENTIFIKASI KEKAYAAN AVERTEBRATA PANTAI MODUNG MADURA

IDENTIFIKASI KEKAYAAN AVERTEBRATA PANTAI MODUNG MADURA
Laporan Praktikum Lapangan
TAKSONOMI AVERTEBRATA
PANTAI MODUNG, MADURA



Oleh
KELOMPOK 1
Alfiatus Sholhah (093244010)
Dinda Meilia .P. (093244030
Arif Susanto (063204017)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2010


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam atas limpahan berkat, nikmat dan pertolongan-Nya laporan ini pada akhirnya dapat terselesaikan. Sholawat ma’as salam semoga senantiasa tercurah atas tauladan hidup yakni nabi Muhamad SAW.
Penulisan laporan penelitian dengan judul “identifikasi kekayaan avertebrata pantai modung maduraLaporan proyek praktikum lapangan taksonomi avertebrata di pantai modung membahas tentang identifikasi kekayaan avertebrata yang ada di pantai modung.
Penulisan laporan ini dapat selesai dengan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
  1. Bapak dan Ibu Dosen matakulai Taksonomi Avertebrata.
  2. Teman-teman kelompok TA 2009 yang telah berjuang tenaga, materi dan pemikiran untuk kesuksesan praktikum lapangan di pantai modung.
Penulis menyadari laporan ini sangat sederhana dan penuh dengan kekurangan, sehingga jauh dari kesempurnaan. Akhirnya Penulis berharap semoga dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat untuk orang lain. Amin

Surabaya, 3 Januari 2011




Penulis 








BAB I
PENDAHULUAN

Pantai adalah bagian daratan yang berbatasan dengan laut yang masih terpengaruh oleh proses- proses abrasi ( pengikisan oleh air laut ), sedimentasi (pengendapan ), dan pasang surut air laut. Menurut bentuknya pantai dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pantai landai dan pantai terjal. Kalau kita pergi ke suatu pantai dimana kita dapat turun langsung ke air laut dan dapat. Pesisir adalah daratan di tepi laut yang tergenang pada saat air pasang dan kering pada saat air laut surut. Wilayah pesisir lebih luas daripada wilayah pantai. Wilayah pesisir lebarnya bisa mencapai antara 50-100 m.
Pada wilayah pesisir tedapat proses perembesan air laut, pasang surut air laut, dan hembusan angin laut. Sedangkan di peairan masih dipengaruhi oleh sifat-sifat daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar. Pesisir merupakan daerah yang rawan terhadap proses abrasi serta kerusakan yang ditimbulkan oleh aktifitas manusia. Oleh sebab itu, daerah-daerah pantai harus dilestarikan fungsinya.
Pantai Modung merupakan salah satu pantai yang berada di selatan Pulau Madura, tepatnya di Kabupaten Bangkalan-Madura.Pantai Modung tidak jauh dari pemukiman masyarakat. Zona intertidal Pantai Modung di tumbuhi mangrove dan banyak karang.Zona intertidal seagai habitat hewan avertebrata.
D
1
alam menunjang kegiatan belajar kami dalam mata kuliah Taksonomi Avertebrata, kami melakukan observasi di Pantai Modung, terutama pada zona intertidal.
Hasil observasi yang kami peroleh berupa data tentang keanekaragaman avertebrata yang ada di Pantai Modung. Data ini sangat penting bagi kami maupun pembaca karena dengan adanya observasi di lapangan secara langsung dengan menghasilkan spesimen-spesimendan data,kami dapat lebih mengetahui macam-macam avertebrata yang selama ini kita pelajari.
B. Tujuan Kegitan Prktikum
Adapun tujuan Kegiatan praktikum yang dilakukan di Pantai Modung, Bangkalan-Madura adalah sebagai berikut:
  1. Mengambil sampel hewan-hewan avertebrata dengan benar
  2. Mengawetkan sampel hewan-hewan avertebrata dengan benar
  3. Memilah sampel hewan-hewan avertabrata berdasarkan masing-masing takson.
  4. Mengidentifikasi hewan avertebrata hingga kategori kelas.
  5. Mengumpulkan data dengan cara observasi lapangan.
C. Manfaat Kegiatan Praktikum
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan praktikum di Pantai Modung, Bangkalan-Madura adalah sebagai berikut:
  1. Mahasiswa lebih terampil dalam mengambil hewan-hewan avertebrata.
  2. Mahasiswa mampu mengwetkan sendiri sampel hewan-hewan avertebrata
  3. Mahasiswa dapat menggolongkan berbagai macam avertebrata dalam masing-masing takson.
  4. Mahasiswa dapat mengetahui identifikasi hewan avertebrata hingga kategori kelas.
  5. Mahasiswa dapat belajar observasi lapangan dengan benar.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. ZONA-ZONA LAUT
Sekitar 2/3 luas bumi adalah laut. Laut memiliki kedalaman rata-rata 3 km. Yang paling dalam adalah laut barat samudra pasifik dengan kedalaman 11 km.  Air laut memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang berbeda denga air tawar. Ini dikarenakan berbedanya komposisi zat di dalam air. Garam dalam air laut sekitar 3.2%- 3.5%.(Pajajaran diving society)
Gambar .1. Pembagian zona laut (pajajaran diving society)
Berdasarkan tembus tidaknya cahaya matahari, laut dibagi menjadi dua zona. Zona fotik yang masih dapat ditembus cahaya dan fotosintesis masih dapat terjadi. Zona fotik biasanya hanya beberapa ratus meter dari permukaan. Zona yang tidak tembus cahaya di sebut zona afotik (abissal). 
P
4
ara ahli ekologi membagi laut menjadi tiga zona berdasarkan dengan lempeng benua menjadi:
a. Zona Intertidal
Yaitu bagian pasang surut, dimana bagian ini secara periodik terisi oleh air pada saat pasang. Biasanya pada pesisir pantai. Organisme yang sering terdapat pada zona ini biasanya alga, anemon laut, kepiting, kerang, ikan kecil, bulu babi dan bintang laut. 
b. Zona Neritik
Dari zona intertidal ke lempeng benua disebut zona neritik. Zona neritik ini kaya dengan plankton (mikrorganisme yang mengapung dan terbawa arus). Pada bagian ini banyak terdapat terumbu karang. Pada bagian ini terdapat berbagai jenis ikan, penyu, anemon, dll.
c. Zona Samudra
Merupakan samudra yang dalam dan luas. Walaupun diatasnya masih tertembus cahaya matahari namun kadar nutrisi bagi mahkluk hidup sangat rendah. Namun karena sangat luas, maka produktivitas sangat tinggi dibanding zona neritik. Pada permukaanya terdapat plankton. Ikan di zona ini biasanya besar seperti paus.
B. PULAU MADURA
Pulau Madura terletak di timur laut Jawa terletak diantara 112o dan 114o bujur timur. Luas Pulau Madura 4.887 Km2,. Panjangnya kurang lebih 190 Km dan jarak yang terlebar 40 Km. Pantai utara merupakan suatu garis panjang yang hampir lurus. Pantai selatannya di bagian timur mempunyai dua teluk yang besar terlindung oleh pulau-pulau, gundukan pasir dan batu-batu karang.
Gambar .2. pulau madura (http://zkarnain.tripod.com)
Batas-batas administrasi Pulau Madura adalah:
  1. Batas sebelah utara: Laut Jawa
  2. Batas sebelah selatan: Selat Madura
  3. Batas sebelah timur: Laut Jawa
  4. Batas sebelah barat: Selat Madura
Kondisi geografis pulau Madura dengan topografi yang relatif datar di bagian selatan dan semakin kearah utara tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang begitu mencolok. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering. Iklim di daerah ini adalah tropis dengan suhu rata-rata 26,90C. Musim kemarau kering rata-rata 2-4 bulan atau pada musim kemarau panjang 4-5 bulan. Curah hujan rata-rata antara 1500 – 200 mm dengan jumlah hari hujan sekitar 88 hari pertahun. Suhu udara maksimum rata-rata 30,50C. Kelembaban rata-rata 79 %.
Komposisi tanah dan curah hujan yang tidak sama dilereng-lereng yang tinggi letaknya justru terlalu banyak sedangkan di lereng-lereng yang rendah malah kekurangan dengan demikian mengakibatkan Madura kurang memiliki tanah yang subur.
Ekositem Pantai pulau madura
a.Hutan Mangrove
Di sepanjang garis pantai pulau madura dijumpai adanya hutan mangrove. Hutan mangrove juga disebut hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika yang khas tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang sangat penting di wilayah pesisir sebab memiliki fungsi ekologis dan fungsi ekonomis.
b.Terumbu karang
Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis. Termasuk di pantai modung pulau madura. Meskipun terumbu karang juga terdapat di seluruh perairan di dunia.
C. TAKSONOMI dan ANGGOTA AVERTEBRATA
Taksonomi adalah studi teoretis tentang pengkasifikasian atau penggolongan suatu organisme, termasuk dasar-dasar, prinsip-prinsip, prosedur, dan aturan-aturannya. Urutan tingkatan takson adalah, Kingdom, Filum, Kelas, Ordo, Familia, Genus, dan Spesies.Klasifikasi hewan didefinisikan sebagai penggolongan hewan ke dalam kelompok tertentu berdasarkan kekerabatannya, yaitu yang berhubungan dengan kontiguitas (kontak), kemiripan, atau keduanya. Klasifikasi dapat berdasarkan hubungan evolusi, habitat, dan cara hidupnya. Sistematika didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang jenis-jenis dan keanekaragaman organisme dan semua kekerabatan di antara organisme tersebut.Keberhasilan reproduksi ditentukan oleh adaptasi tingkah laku, morfologi, atau fisiologi, baik secara langsung atau tidak langsung.
Reproduksi pada avertebrata dapat secara seksual atau aseksual. Reproduksi seksual selalu mengikutkan penyatuan materi genetik dari dua genom. Sedangkan reproduksi aseksual adalah reproduksi tanpa terjadinya pembuahan. Pembuahan pada hewan Avertebrata dapat terjadi secara internal (di dalam tubuh) atau eksternal (di luar tubuh). Beberapa filum avertebrata yang umum kita jumpai antara lain :
a. Porifera
Porifera tersusun atas hewan-hewan multiseluler primitif yang disebut dengan istilah sepon. Rangka tubuh sepon tersusun atas spikula yang bervariasi bentuknya dan penting sebagai karakter untukldentifikasi dan tclasiRkasi’ Reproduksi pada sepon dapat dilakukan secara aseksual maupun seksual. Sepon bersimbiosis mutualistik dengan Cyanobacteria di mana sepon menyediakan ruangan.bagi Cyanobacteria dan sebaliknya Cyanobacteriu menyediakan oksigen dan nutrien bagi sepon. Porifera tersusun atas kelas Calcarea (sepon sejati, Hexactinelida (sepon gelas), Sclerospongiae, dan Demospongiae.
Filum Placozoa merupakan hewan multislluler yang memiliki bentuk seperti sepon, Tubuh terdiri dari dua lapis sel tanpa organisani yang jelas’ Anggota filum ini hanya satu jenis yang diketahui yaituTrichoplax adhaerens dan hidup di laut.
b. Radiata: Cnidaria dan Ctenophora
Radiata adalah kelompok hewan yang simetri tubuhnya radial dan memiliki lapisan lembaga yang diploblastik (filum Cnidaria) dan triplobalastik (filum Ctenophora). Cnidaria memiliki mulut yang merupakan satu-satunya lubang menuju ke system digesti sehingga hewan-hewan anggota kelompok ini disebut hewan yang bersistem pencernaan tak sempurna.
Sistem digesti Cnidaria berbentuk kantung dan biasa disebut selenteron atau rongga gastrovaskuler. Di rongga usus ini, makanan dicerna secara ekstraseluler.Tentakel yang mengelilingi lubang mulut Cnidaria dilengkapi dengan sejumlah sel-sel alat sengat yang disebut nematosis untuk pemangsaan. Filum Cnidaria terdiri atas 4 kelas, ialah Scyphozoa, Cubozoa, Hydrozoa, dan Anthozoa.
Dalam daur hidupnya, Cnidaria mengalami metagenesis (pergantian generasi) antara bentuk polip dan bentuk medusa. Pada kelas Scyphozoa dan Cubozoa, bentuk medusa adalah stadium yang utama. Sebaliknya, pada Hydrozoa dan Anthozoa, bentuk polip adalah stadium yang utama; bahkan bentuk medusa tidak dikenal pada Anthozoa.
Reproduksi pada hewan Cnidaria dapat melalui cara aseksual (biasanya dengan tunas) dan cara seksual (pembuahan gamet betina oleh gamet jantan). Pada medusa Scyphozoa, gonad berkembang di jaringan gastrodermis. Setelah pembuahan, Scyphozoa mengalami 5 stadium dalam daur hidupnya, ialah planula, skifistoma, strobila, efira, dan medusa. Daur hidup pada Cubozoa mirip Scyphozoa, tetapi stadium strobila (dan tentu saja efira) tidak dilaluinya.
Skifistoma dari Cubozoa dapat bertunas untuk memperoleh polip baru atau langsung bermetamorfosis menjadi medusa baru. Mulut dari medusa Hydrozoa disebut manubrium. Lubang mulutnya ditopang oleh velum, suatu jaringan yang berupa membran. Jaringan otot Cnidaria terdapat di lapisan mesoglea. Kontraksi otot di jaringan tersebut menyebabkan hewan ini bergerak.
Berbeda dari Cnidaria, pada Ctenophora tidak dijumpai polimorfisme dan spesies yang berkoloni. Juga, pada setiap sel tubuh Ctenophora dijumpai dua atau lebih silia. Hewan Ctenophora ini bergerak dengan bantuan silia berbentuk barisan sisir-sisir sepanjang poros oral-aboral, dan umumnya berjumlah 8 lajur.Sistem digesti Ctenophora sudah sempurna.
Berbeda dari Cnidaria, tentakel Ctenophora yang hanya sepasang ini, dipenuhi oleh sel-sel koloblas.Tidak seperti Cnidaria yang diesis, pada umumnya Ctenophora adalah hewan yang hermafrodit simultan, walaupun ada beberapa anggotanya yang melakukan reproduksi secara aseksual (biasanya melalui fragmentasi).
c. Platyhelminthes
Filum Platyhelminthes adalah sebuah takson dari kelompok cacing yang betubuh pipih, tidak berongga, triploblastik, dan bersimentri bilateral. Filum ini terdiri atas 3 kelas, ialah Turbellaria, Cestoda, dan Trematoda. Sekitar 80% dari spesies cacing Platyhelminthes bersifat parasitik. Cacing Platyhelminthes tidak memiliki saluran pencernaan yang sempurna dan tidak memiliki organ respirasi maupun sistem sirkulasi. Platyhelminthes.memiliki sistem saraf yang sederhana berupa jaringan saraf yang tersebar.
Organ ekskreasi Platyhelminthes berupa ginjal primitif (protonefridia) yang disebut sel api atau sel obor. Organ ini berfungsi menjaga keseimbangan ion dan air, serta membuang sisa-sisa hasil metabolisme.Reproduksi cacing Platyhelminthes bersifat hermafrodit simultan. Daur hidup cacing Platyhelminthes umumnya melalui stadium larva. Larva Muller adalah larva cicing pipih yang hidup bebas di laut, sedangkan mirasidium dan serkaria adalah larva-larva cacing pipih yang hidupnya parasitik.
Sebagian besar cacing Platyhelminthes yang hidup bebas (kelas Turbellaria) berhabitat lautan, beberapa spesies hidup di perairan tawar, dan hanya sedikit spesies yang hidup di daratan. Epidermis tubuh cacing pita (kelas Cestoda) disebut tegumen, skoleks yang penuh dengan kait dan batil isap berada di bagian anterior dan rangkaian proglotid di bagian belakangnya.
Dalam daur hidupnya, cacing pita ini umumnya memerlukan 2 macam inang : inang utama dan inang perantara. Cacing Platyhelminthes dari kelas Trematoda terbagi menjadi dua kelompok besar : Monogenea dan Digenea. Cacing Monogenea adalah cacing ektoparasit yang tidak membutuhkan inang antara dalam daur hidupnya, sedangkan cacing Digenea adalah cacing endoparasit yang membutuhkan inang perantara sebelum mencapai inang utama.Cacing Platyhelminthes yang bersifat parasitik (Cestoda dan Trematoda) menjadi penyebab penyakit yang ganas pada ternak dan manusia, dan berdampak kerugian ekonomi yang cukup besar.
d. Mesozoa, Gnathostomulida, dan Rhynchocoela
Mesozoa adalah kelompok hewan bersel banyak yang dalam klasifikasi ditempatkan antara Protista dan Platyhelminthes (Metazoa). Setiap sel tubuh Mesozoa memunculkan dua atau lebih silia. Lapisan lembaga, sistem digesti, sistem sirkulasi, sistem respirasi, ataupun system saraf, tidak dipunyai oleh Mesozoa.Semua anggota kelompok hewan Mesozoa hidupnya parasitik terhadap hewan avertebrata laut lainnya.
Daur hidup Mesozoa dari filum Orthonectida melalui stadium plasmodia (bentuk amoeba), sedangkan Mesozoa dari filum Rhombozoa melalui stadium nematogen (bentuk cacing). Hewan Orthonectida melakukan reproduksi secara diesis, sedangkan hewan Rhombozoa adalah hermafrodit simultan.
Hewan dari filum Gnathostomulida melakukan reproduksi secara hermafrodit dan pada filum ini tidak dikenal adanya stadium larva.Rhynchocoela bertubuh pipih dorsovental, tak bersegmen, dan memanjang seperti cacing pita. Mereka sudah memiliki sistem digesti yang sempurna, sistem sirkulasi yang sejati, dan melakukan respirasi dengan cara difusi.Rongga tubuh Rhynchocoela dipenuhi oleh sel-sel mesoderm yang membentuk jaringan parenkim; yang tersisa hanyalatr rongga tubuh di bagian anterior yang disebut rinkosel.Rhynchocoela umumnya melakukan reproduksi secara seksual (diesis atau hermafrodit). Larvanya disebut pilidium.
e. Nematoda
Nematoda merupakan salah satu anggota pseudocoelomata yang rongga badannya berupa pseudosol. Nematoda yang hidup bebas sebagian besar hidup di laut, perairan tawar, dan di tanah. Bentuk badan yang silindris merupakan adaptasi terhadap lingkungannya, khususnya bagi nematoda yang hidup di sedimen, dan spesies teresfrial yang hidup di lapisan tipis air sekeliling partikel tanah. Sebagian besar nematode merupakan spesies parasit yang penting, misalnya cacing Ancylostoma, Ascaris, Trichinella, dan Trichuris. Bentuk badan yang silindris dengan otot dinding badan longitudinal, kutikula yang elastik, dan tekanan hidrostatik cairan pseudosoelom sangat membantu menimbulkan gerakan undulatori sehingga memudatrkan bergerak bagi nematoda.
Perilaku makan pada nematoda melibatkan gerakan otot faring untuk menelan. Gigi atau stilet umumnya terdapat pada nematoda yang karnivor dan nematoda pemakan tumbuhan (herbivor). Sebagian besar nematoda bersifat diesis, fertilisasinya internal, beberapa ada yang hermafrodit dan reproduksinya dengan cara parthenogenesis.
Rotifera adalah termasuk pseudocoelomata yang berukuran mikroskopis. Sebagian besar hidup di perairan tawar, hidup bebas dan ada yang parasit pada avertebrata’ Pada ujung anterior terdapat sekelompok silia yang tersusun dalam lingkaran (korona). Alat pencernaannya yaitu faring mengalami modifikasi sebagai penggiling makanan. Alat kelamin jantan dan betina terpisah, reproduksinya dapat secara seksual dan partenogenesis.
Secara partenogenesis, individu betina menghasilkan telur yang dorman Nematomorpha adalah kelompok pseudocoelomata yang secara morfologis mirip dengan nematoda. Bentuk tubuh cacing ini silindris panjang, berukuran makroskopis dengan panjang mencapai 1 m dan lebar tubuhnya kurang dari 1 mm.
Secara internal cacing ini pada yang dewasa maupun dewasa muda tidak mempunyai sistem ekskretori, dan nutrisinya hanya diperlukan pada saat berada di dalam tubuh hospes (arthropoda) yaitu dengan absorpsi langsung melalui dinding tubuh, otot dinding tubuhnya hanya mempunyai otot longitudinal. Individu anggota filum Nematomorpha bersifat diesis dan fertili sasinya internal.
Acanthocephala merupakan salah satu kelompok aschelminthes yang semua anggotanya hidup sebagai endoparasit yang memerlukan dua hospes dalam daur ‘hidupnya. Stadium dewasa muda hidup sebagai parasit pada crustasea dan insekta, sedangkan stadium dewasanya hidup di dalam saluran pencernaan vertebrata, khususnya ikan .
Pada yang dewasa, tubuhnya dibedakan menjadi tiga bagian yaitu : probosis, leher, dan badan. Tubuh pada umumnya berukuran kecil yaitu hanya mencapai beberapa cm. Individunya bersifat diesis, organ kelamin jantan dan betina terpisah. Reproduksinya dengan cara seksual (kopulasi), dan fertilisasinya internal. Pada umumnya acanthocephala tidak mempunyai sistem ekskretori yang khusus, dinding tubuhnya tidak dilapisi oleh kutikula, dan mempunyai otot sirkular dan longitudinal, sistem sirkulasinya dengan sistem saluran lakuna.
f. Annelida
Filum Annelida merupakan cacing selomata berbentuk gelang yang memiliki tubuh memanjang, simeffi bilatiral, bersegmen, dan permukaannya dilapisi kutikula. Dinding tubuh dilengkapi otot. Memiliki prostomium dan sistem sirkulasi. Saluran pencernaan lengkap. Sistem ekskresi sepasang nephridia di setiap segmen. Sistem syaraf tangga tali.
Annelida dibagi menjadi kelas Polychaeta, Oligochaeta, Archiannelida, dan Hirudinea. pembagian ke dalam kelas terutama didasarkan pada segmentasi tubuh. seta, parapodium, sistem sirkulasi, ada tidaknya batil isap, dan sistem reproduksi’ Kelas iotyct aetu dibagi menjadi kelompok Errantia dan Sedentaria didasarkan pada kesempurnaan bentuk parapodium, siri, ada tidaknya rahang, probosis, bentuk segmen’ an letak insang.
Kelas Oligochaeta dibagi menjadi ordo Plesiopora, Prosotheca, Prosopora, dan Opisthopora berdasarkan alat ekskresi, letak gonofor, dan letak spermateka. Kelas girudinea dibagi menjadi ordo Acanthobdellida, Rhynchobdellida, dnathobdellida, dan Erpobdellida berdasarkan ada tidaknya batil isap dan probosis, serta septum pada segmen tubuh.
g. Mollusca
Hewan Mollusca memiliki tubuh yang lunak, bercangkang atau tidak dan diselaputi lendir. Kaki Mollusca terletak di ventral dan dilengkapi otot yang kuat. Bagian anterior tubuh bermodifikasi menjadi kepala. Saluran pencernaan pendek dan terpilin. Sistem sirkulasi tertutup. Sistem ekskresi terdiri atas I – 7 pasang nepridia. Sistem syaraf terdiri atas pasangan serebral, pleural, pedal, dan ganglion viseral.
Mollusca bernafas dengan insang atau paru-paru. Reproduksinya monoesis, dioesis atau hermaprodit dengan fertilisasi internal/eksternal. Larva bila ada umumnya berbentuk trokofor. Mollusca hidup pada habitat yang beragam di laut, air payau atau terestrial di air tawar atau daratan.
Filum Mollusca dibagi menjadi kelas Monoplacophora, Aplacophora, Polyplacophora, Scaphopoda, Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda. Pembagian tersebuterutama didasarkan pada cangkang dan kaki. Kelas Monoplacophora merupakan Mollusca purba dengan cangkang tunggal berbentuk kerucut. Kelas Aplacophora berbentuk seperti cacing tanpa cangkang, dibagi menjadi ordo Neomenioidea dan Chaetodermatoidea berdasarkan kaki dan sistem reproduksi. Kelas Polyplacophora merupakan Mollusca dengan jumlah cangkang delapan buah, berdasarkan susunan cangkang dibagi menjadi ordo Lepidopleurida dan Chitonida.
Kelas Scapophoda memiliki satu cangkang berbentuk tanduk. Ketiga kelas dari’ Mollusca tersebut seluruhnya hidup di laut. Kelas Gastropoda merupakan Mollusca yang memiliki cangkang tunggal dengan bentuk beragam. Gastropoda dibagi menjadi subkelas Prosobranchia (3 ordo), Opisthobranchia (8 ordo), dan Pulmonata (2 ordo) berdasarkan alat pernafasannya, sedangkan pembagian ke dalam ordo terutama didasarkan pada insang, cangkang, dan letak mata. Gastropoda hidup pada berbagai habitat di laut, air payau, air tawar dan daratan.
Kelas Pelecypoda memiliki sepasang cangkang dengan kaki berbentuk seperti kapak. Pembagian kedalam subkelas Palaeotaxodonta (1 ordo), Cryptodonta (1 ordo), Pteriomorpha (2 ordo), Paleoheterodonta (2 ordo), Heterodonta (3 ordo), dan Anomalodesmata (1 ordo) terutama didasarkan pada gigi engsel, sedangkan pembagian ke dalam ordo pada umumnya didasarkan pada otot adduktor, insang, dan sifon. Pelecypoda hidup di perairan laut, payau, dan tawar. Kelas Cephalopoda dicirikan dengan letak kaki di kepala.
Cephalopoda dibagi subkelas Nautiloidea, Ammonoidea, dan Coleoidea (5 ordo). Pembagian ke dalam subkelas didasarkan pada ada tidaknya cangkang dan jumlah lengan, sedangkan pembagian ke dalam ordo terutama didasarkan pada letak cangkang dan anatomi mata. Cephalopoda seluruhnya hidup di laut.
h. Arthropoda
Arthropoda merupakan filum yang memiliki jumlah anggota yang terbanyak, yaitu 75% dari hewan yang telah diketahui sampai saat ini. Dapat ditemukan di setiap ekosistem yang ada di bumi. Tubuhnya memiliki segmen yang disebut tagmatisasi, pada insekta dan crustacean memiliki tiga tagma yang telah terpisah: kepala, dada, dan perut. Tubuh dilapisi oleh kutikula yang mengandung khitin. Jumlah anggota tubuh’(alat gerak) sangat bervariasi tergantung pada kelasnya.
Tardigrada dan Onychophora merupakan filum peralihan antara Annelida dengan Arthropoda. Tubuh dilapisi oleh khitin yang secara periodik mengelupas. Rongga tubuh utama berupa hemocoel. Memiliki anggota gerak (kaki), pada Tardigrada berjumlah 4 pasang, sedangkan pada Onychopora 20 pasang. Tardigrada memiliki kemampuan cryptobiosis, yaitu kemampuan untuk mempertahankan diri dalam lingkungan yang ekstrim, misalnya suhu yang dingin atau kekeringan.
Lophophora yang beranggotakan tiga filum (Phoronida, Brachiopoda, dan Bryozoa) memiliki circumoral dan terdapat tentakel di sekitarnya, anus terletak di luar lingkaran mulut tersebut. Sedangkan pada Entoprocta, anus terletak di dalam lingkaran tentakel tersebut. Sebagian besar anggota Lophophora dan Entoprocta hidup sesil menempel pada substrat. Mengambil makanan dengan cara menyaring air atau endapan yang melalui tentakel. Filum Echiura dan Sipuncula berbentuk seperti cacing (vermiform), hidup menetap (sesil) di dasar laut dengan membuat lubang. Cara makan hewan ini dengan menyaring detritus atau deposit yang ada disekitarnya.
i. Echinoderma
Kelompok Echinodermata memiliki tiga karakteristik yang paling menonjol, yaitu: tubuh yang simetri radial pentamerus, osikel-osikel berkapur (calcareous osicles), sistem peredaran-air (water vascular system).Filum Echinodermata terbagi menjadi 5 kelas, yaitu kelas Asteroidea, kelas Ophiuroidea, kelas Echinoidea, kelas Holothuroidea, dan kelas Crinoidea.
Perbedaan ophiuroid dengan asteroid adalah: (1) pada ophiuroid lengan tidak menyatu dengan cakram pusat, (2) struktur lengan lebih padat, (3) tidak memiliki celah ambulakral, papula maupun pediselaria, serta (4) madreporit terletak pada pemukaan oral tubuh. Kelompok Echinoidea memiliki struktur khusus yaitu lentera Aristoteles, yang digunakan sebagai alat kunyah. Kelompok Holothuroidea memiliki kemampuan mengeluarkan organ Tubules of Cuvier sebagai fenomena pertahanan. Selain itu Holothuroidea mampu mengeluarkan organ dalam yang dikenal dengan istilah eviserasi.Krinoid terdiri atas lili laut yang sesil, dan bintang bulu yang hidup bebas. Tubuh krinoid memiliki ciri khas yaitu dengan adanya mahkota pentamerus dan kaliks.Sebagian besar Holothuroidea memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.
j. Hemicordata
Hemichordata tidak memiliki notochord, tetapi memiliki dua karakteristik kelompok chordata, yaitu: celah insang (pharyngeal gill slits) dan jalinan syaraf (nerve cord) di daerah dorsal. Filum Hemichordata terbagi menjadi dua kelas yaitu: kelas Enteropneusta dan Fterobranchia.Kelompok hewan dalam kelas Enteropneusta dan Pterobranchia memiliki persamaan dalam pembagian tubuh yaitu terdiri atas 3 bagian: bagian kepala (head/anterior), bagian leher (collar), dan bagian batang tubuh (trunk).
Hewan dalam kelas Enteropneusta bersifat diesis dengan fertilisasi eksternal, sedangkan koloni dalam kelas Pterobranchia bersifat diesis dengan fertilisasi internal.Tubuh Chaetognatha (cacing panah) terdiri atas kepala, batang tubuh, dan ekor. Kepala memiliki duri pencengkeram (grasping spines) untuk menangkap mangsa.Chaetognatha bersifat hermafrodit, dan fertilisasi dilakukan secara internal.
Filum Pogonophora terdiri atas dua kelompok, pogonophora perviate dan pogonophora obdurate (vestimentiferan) yang dapat dibedakan dari ujung anterior yaitu tentakel. Tentakel-tentakel vestimentiferan tumbuh bergabung dan mengelilingi suatu struktur obturakula, sedangkan tentakel pada perviate tidak bergabung dan tumbuh di bagian lobus sefalik (cephalic lobe).
k. Chordata Nonvertebrata
Chordata nonvertebrata memiliki tiga karakterisrtik hewan insang, jaringan syaraf dorsal, dan notochord. vertebrata, yaitu: celah. Filum Chordata nonvertebrata terdiri atas subfilum Urochordata dan Cephalochordata. Subfilum Urochordata terdiri atas 3 kelas yaitu: Ascidiacea yang bersifat bentik, Larvacea, dan Thaliacea yang bersifat planktonik.
Cephalochordata secara kolektif dikenal sebagai lanselet dan secara individual dikenal sebagai amphioxus. Amphioxus merupakan peralihan antara avertebrata dan vertebrata, dan memiliki notochord berbentuk sel-sel cakram yang memanjang dari ujung ekor hingga rostrum.
(Sundowo Harminto, Taksonomi Avertebrata Karya)








BAB III
METODE PENELITIAN
A. Sasaran praktikum lapangan
Pada praktikum ini, ada dua sasaran penelitian yaitu:
  1. Hewan-hewan avertebrata
  2. Masyarakat Pesisir Pantai modung.
B. Lokasi
Pencarian dan pengumpulan data berupa hasil observasi (pengambilan sampel dengan cara sampling/Plot) dan wawancara dengan nelayan, penduduk sekitar Pantai Modung.
C. Definisi operasional
        1. Teknik sampling dipilih dari suatu populasi untuk mengadakan generalisasi. Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.
        2. Wawancara adalah percakapan dengan maksud teretentu. Pada penelitian ini jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan petanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. (Lexy, 2007)
D. Prosedur Kerja
Terdapat dua tahap yang dilaksanakan dalam praktikum ini, yaitu:
  1. t
    21
    ahap persiapan
  2. tahap pelaksanaan
  1. Tahap Persiapan
a.1. Mempersiapkan semua alat dan bahan (kecuali air laut) selembat-lambatnya sehari sebelum praktikum.
a.2. Mempelajari kembali materi kuliah dan praktikum yang telah diberikan dosen.
a.3. Bekerjasama secara aktif dengan anggota kelompok praktikum.
  1. Tahap Pelaksanaan
b1. Mengambil sampel pada satu garis transek dari tepi pantai ke arah laut(daerah intertidal), baik atas, tengah, maupun bawah. Setiap daerah intertidal diambil dua kuadran samplingberukuran 1m x 1m.
b2. Hewan avertebrata yang terdapat di setiap kuadran diamati dan didokumentasikn. Pisahkan setiap spesimen dari daerah intertidal atas, tengah, bawah.
b3. Untuk mengetahui spessies infuna, letakkankuadran 30cm x 30cm, selanjutnya digali hingga kedalaman 30cm. Catat hewan avertebrata yang telah di temukan.
b4. Semua spesies yang telah ditemukan dan dipisahkan berdasarkan takson masing-masing.
b5. Identifkasikan hasil observasi hingga kategori kelas, (hingga kategori spesies lebih baik).
E. Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada praktikum ini adalah metode observasi. Observasi dilkukan di wilayah Pantai Modung, Bangkalan-Madura. Dalam praktikum ini, yang menjadi sasaran adalah jenis-jenis avertebrata yang ada di Pantai Modung, serta keterangan yang di dapatkan dari masyarakat sekitar Pantai Modung.

F. Analisis data
Data yang diperoleh dari observasi (pengambilan sampel dengan cara sampling/Plot) dan wawancara dengan penduduk akan dianalisis secara deskriptif.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. Hasil penelitian
Dari penelitian ini diperoleh data berupa hasil observasi mengenai jenis-jenis avertebrata apa saja yang terdapat di pantai modung. Data tersebut disajikan dalam table 1 dan table 2 berikut ini:
Table 1. jenis-jenis avertebrata apa saja yang terdapat di pantai modung.
No
kingdom
phylum
Classis
Terdiri dari ... spesies
Animalia
Mollusca
Bivalvia
12 ( spesies)
Animalia
Mollusca
gastropoda
8 ( spesies)
Animalia
Mollusca
Polyplacophora
1 ( spesies)
Animalia
echinodermata
asteroidea
1 ( spesies)
Animalia
echinodermata
ophiuroidea
1 ( spesies)
Animalia
echinodermata
holothuroidea
1 ( spesies)
Animalia
Arthropoda
crustacea
1 ( spesies)
Animalia
coelenterata
scypozoa
1 ( spesies)
Animalia
c
25
oelenterata
anthozao
5 ( spesies)
Animalia
porifera
calcarea
1 ( spesies)
Jumlah keseluruhan terdapat 5 filum, 10 classis dan 33 spesies

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel diatas diketahui jenis avertebrata yang terdapat di pantai modung terdiri dari 5 filum, 10 classis dan 33 spesies. 10 classis avertebrata yang terdapat di pantai modung yaitu: Bivalvia, gastropoda, Polyplacophora, asteroidea, ophiuroidea, holothuroidea, crustacea, scypozoa, anthozao, calcarea. Secara ideal suatu pantai mampu memiliki ratusan bahkan ribuan spesies avertebrata. Hal ini menunjukkan adanya penurunan populasi avertebrata di pantai modung.
Apa bila di kaji secara ekologi pantai modung dalam keadaan yang kurang baik. Hal ini terlihat dengan semakin berkurangnya tanaman bakau sebagai naungan dan juga kerusakan pada karang yang di akibatkan oleh perahu nelayan sebagai akibat dari aktifitas bersandarnya perahu nelayan.
Selain itu tidak jauh dari pantai modung dapat kita jumpai adanya usaha penangkaran ikan yang langsung memanfaatkan laut sebagai tambak ikan, hal ini memicu kerusakan terumbu karang. Apabila kegiatan tersebut berlangsung secara terus-menerus dapat dipastikan keberadaan biota yang ada di panta modung terancam keberadaanya.
Terlepas dari semua itu, saat ini atau tepatnya (waktu praktikum bulan desember 2010) cuaca memang sedang tidak bersahabat. BMKG jawa timur (perak) mengungkapkan adanya peningkatan curah hujan dan kecapan angin yang berdampak pada tingginya gelombang di sekitar perairan laut jawa. Hal tersebut memungkinkan sebagai penyebab sedikitnya spesies avertebrata yang kami jumpai di pantai modung madura.








BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
  1. SIMPULAN
Avertebrata yang terdapat di pantai modung terdiri dari 5 filum, 10 classis dan 33 spesies.
  1. SARAN
    1. Kesadaran akan pentingya ekositem mangrove dan karang akan berdampak positif pada keberadaan Avertebrata laut.
    2. Menjaga lingkungan pantai merupaka salah satu upaya untuk pelestarian hewan ataupun organisme laut.
    3. Dalam praktikum identifikasi kelimpahan atau kekayaan avertebrata di pantai modung hanya dilakukan dalam satu kali praktikum, keterbatsan waktu dan surut terjauh yang hanya mencapai 300 meter mebuat hasil praktikum ini kurang valid. Jadi untuk perbaikan dan peningkatan kevalidan data untuk praktikum selanjutnya akan lebih baik jika dilakukan pengulangan dan mencari waktu pantai mencapai surut terjauh .


51
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati , R dan Trijoko. 2009. kekayaan jenis anadara (bivalvia: arcidae) di perairan pantai sidoarjo. Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Surabaya, Email: renibio95@yahoo.co.id
Dahuri, Rokmin, 2003 “keanekaragaman hayati laut asset pembangunan berkelanjutan Indonesia”, PT. Gramedia Pustaka Utama
Franc, A. (1960): Classe de Bivalves. In: Grassé, Pierre-Paul: Traite de Zoologie 5/II.
Hadiprajitno G, 2009. Potensi, Permasalahan, dan Pengembangan Moluska Sebagai Bahan Makanan. Prosiding Seminar Nasional Moluska Ke-2, Bogor, 11–12 Februari 2009.
http://www.indonesia.go.id/id - Republik Indonesia Generated: 9 December, 2010, 21:55
Jay A. Schneider (November 2001). "Bivalve Systematics During the 20th Century". Journal of Paleontology 75 (6): 1119–1127.
Newell, N.D. (1969): Bivalvia systematics. In: Moore, R.C.: Treatise on Invertebrate Paleontology Part N.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar